MASJID “YANGDITINGGALKAN”

May 08, 2019
Awan Rimbawan

Wah, jam 2 pagi masih rame?

Begitu batinku saat mengunjungi masjid itu.
Padahal ini waktu paling enaknya orang tidur.
Tetapi kok bisa ya, masjid ini tetap ramai?

Parkirannya penuh dengan motor, mobil dan juga bis bis besar.
Melihat dari platnya itu bis-bis rombongan dari luar kota.
Sepertinya mereka penasaran bagaimana manajemen masjid ini berjalan, sehingga bisa selalu ramai 24 jam seperti ini.

Aku mengunjungi masjid itu juga tidak sengaja.
Seorang teman menginfokan nama masjid ini begitu tahu statusku sebagai musafir.
Aku bergerak kesana karena namanya yang unik, dan juga karena info bahwa bisa numpang istirahat di sana.

Ternyata semua orang diterima di masjid itu.
Jika ada masjid-masjid yg menulis “dilarang tidur di sini”, di masjid itu malah disediakan ruangan untuk para musafir beristirahat.
Dilengkapi dengan toilet yang bersih, juga CCTV plus satpam yg menjaga keamanan sandal-sandal orang yg singgah di masjid.

Selepas Subuh, saya berbincang-bincang dengan Imam masjid tersebut.

Saya: Pak kenapa masjid seramai ini dikasih nama Masjid “YangDitinggalkan”?

Imam: Oh ya nak, itu untuk mengingatkan kami tentang sejarah masjid ini.

Dulu Masjid ini sepi, ditinggalkan jamaahnya.

Itu terjadi karena kami sebagai pengurus masjid terlalu menyempitkan peran masjid.

Sebelumnya kami pikir masjid hanyalah sarana sholat dan tempat buat naruh kencleng sedekah saja.

Kalau ada anak-anak yang main game di masjid ini langsung kami hardik HEH MAIN GAME AJA, SANA PERGI DI SINI TEMPAT BUAT SHOLAT!

Padahal anak2 itu bisa diarahkan, diberikan ruang, kemudian dibina pelan-pelan. Anak-anak itu memang sedang masanya senang main game. Akan Lebih baik mereka kami kasih ruang dan wifi buat main game di sini. Nanti waktunya azan sholat akan kami arahkan buat sholat.

Pernah juga kami berpikir bahwa program sedekah adalah satu-satunya ibadah yang akan membawa orang ke surga. Sehingga ketika pas kebetulan tidak banyak jamaah yang datang untuk membantu program sedekah kami, maka kami marah2 ke mereka. HEH, NIAT BANTU GAK SIH? KALAU PROGRAM SEDEKAH SEPI, KALAU ACARA SENANG2 RAME. GIMANA SIH KALIAN MAU SURGA GAK?

Padahal Allah bukan menilai dari ramainya acara sedekah kami atau jumlahnya, tetapi Allah akan menilai dari keikhlasan kami menjalankan apa yg bisa kami lakukan.

Ah… malu rasanya… merasa paling benar… sampai marah2 dan kemudian memandang orang lain lebih rendah daripada kami.

Untung setelah itu ada yang mengingatkan… ketika engkau merasa paling benar, di saat itulah engkau ada di dalam kesalahan. Karena iblis dikeluarkan dari surga bukan karena tidak kenal Allah, tetapi karena merasa paling benar bahwa dia lebih baik daripada Adam.

Dulu, kami rebutan jadi Imam. Atau saling mempengaruhi bapak ini aja yang jadi imam, jangan bapak itu. Bapak itu mah ibadahnya jelek, yg bagus bapak ini. Sangking ngototnya kami dengan jagoan masing-masing, kami menjegal dan merendahkan orang lain.

Sampai kemudian ada yang mengingatkan…

Ibadah orang hanya Allah yang tahu. Orang bisa secara fisik kelihatan sholat, tetapi hatinya melamunkan harta bendanya. Namun ada juga orang yg bekerja, tetapi di dalam hatinya berdzikir kepada Allah. Siapakah kami yang bisa menilai orang lain ?

Semua yang dijadikan rebutan, adalah dunia. Termasuk rebutan jadi imam masjid.

Sejak saat itu kami mulai berusaha membenahi diri. Kami sadar bahwa kami masih banyak kekurangan. Terutama dalam memandang diri paling benar, dan memandang orang lain salah. Kami sadar bahwa selain sholat dan sedekah masih banyak ibadah-ibadah lain yang bisa merekatkan umat.

Sejak saat itu jamaah mulai kami rangkul kembali, kata-kata mulai kami atur kembali.

Sedikit demi sedikit para jamaah pun datang lewat berbagai kegiatan yg kami lakukan. Ada acara senam bareng, ada futsal, ada sepedaan pagi, ada permainan, ada sharing ilmu, ada ATM beras, ada poliklinik gratis, dan lain sebagainya. Semua aktifitas di warga adalah jalan dakwah untuk bisa meramaikan masjid.

Alhamdulillah Nak, sekarang Masjid “YangDitinggalkan” ramai kembali dan terutama bisa menebar manfaat bagi banyak orang.

Akupun manggut-manggut sambil termenung. Masjid saja bisa ditinggalkan jamaah kalau pengurusnya kaku, tidak simpatik dan merasa diri paling benar. Apalagi ruang-ruang sosial yang lain.

Ah semoga obrolan ini tidak hanya menjadi sekedar wacana. Tetapi bisa membuahkan kesadaran di dalam diriku…

—-
Jogjakarta April 2019
(Sekedar latihan nulis cerpen, mohon maaf kalau ada kesamaan nama dan tempat di dalam cerita) 🙏🙏🙏

No comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *