HUBUNGAN HATI DAN PIKIRAN – TEKNOLOGI KESELAMATAN

August 18, 2020
Awan Rimbawan

Yang aku pahami dan rasakan saat ini, hati adalah sumber energi yang bisa mempengaruhi pikiran. Pikiran kemudian akan berubah menjadi tindakan. Namun sayangnya hati tidak selalu bisa diakses.

Kenapa?

Kalau banyak melakukan perbuatan2 yg mengotori hati, maka hati akan mengeras.
Kalau mengeras maka dia akan sulit untuk diakses, tertutup oleh kotoran dan lapisan yg mengeras.

Saat hati sulit untuk diakses maka pikiran bebas bertindak sesuka2nya.
Bebas dipengaruhi oleh hal2 eksternal.

Karena pikiran itu vibrasi/gelombang.
Yang sangat mudah dipengaruhi oleh vibrasi2 lain.

Darimana vibrasi2 yg mempengaruhi pikiran kita sehingga jadi kacau vibrasinya?
Dari ke 5 indera kita.

Apa yg kita lihat.
Apa yg kita makan.
Apa yg kita cium.
Apa yg kita raba/sentuh.
Apa yg kita dengar.

Jadi wajar kalau temenku bilang dia bisa merasakan pikiran jadi tenang ketika berpuasa.
Karena puasa itu memfilter apa2 yg bisa mengacaukan vibrasi pikiran.
Puasa itu salah satu teknologi untuk membuat pikiran tenang…damai…sehingga bisa selamat di dunia dan akhirat…

Seperti salah satu cerita temenku yg ketika berdzikir kemudian emosi meluap2 dan akhirnya tangis tertumpah tidak berhenti2.

Itu adalah proses mengakses hati dan emosi yg terpendam selama bertahun2.
Malah bisa muncul pas saat dzikir.
Karena dzikir itu salah satu teknologi detoksifikasi untuk membuat pikiran tenang…damai…sehingga bisa selamat di dunia dan akhirat…

Dengan dzikir maka emosi2 yg sebelumnya ditekan dan dipendam, terurai.
Diproses dengan kalimat2 suci.

Ya suci… mensucikan dan menyelaraskan kembali vibrasi yg kacau.
Mensucikan lagi apa yg mengeras menjadi lembut.

Teknologi yg lain adalah haji, travelling…
Travelling kemanapun, termasuk travelling ke alam

Karena travelling di alam itu juga salah satu cara untuk terhubung kepada vibrasi yg suci.
Karena alam itu selalu berdzikir kepada Allah.
Maka seringkali ketika kita berinteraksi dengan alam kita merasakan ketenangan dan kedamaian. Kejelasan arah dan rasa syukur.

Yang mahal itu sebenarnya bukanlah keinginan kita yg tercapai.
Yang mahal itu keikhlasan kita atas keinginan Allah yg kita terima.
Yang mahal itu sebenarnya adalah ketenangan yang kita capai.

Makanya berkaitan dengan bahasan “keinginan” dari Kang @andrikuatkait
Aku jadi teringat salah satu fase hidupku…

Ada salah satu fase hidupku yg disiksa oleh keinginan.
Ingin A, ingin B, ingin C, ingin D…
Tidak ada habis2nya…

Bahkan aku melompat2… dari mengerjakan A, kemudian belum selesai dan tuntas, aku kerjakan B.
B belum beres, aku kejar C.

Di akhir hari tidak ada yg aku capai.
Kalau aku terus2kan… mungkin sampai akhir hidupku juga tidak ada yg aku capai. Mati dalam penyesalan karena tidak berbuat apa2 yg bermanfaat.

Aku akan ditarik2 oleh berbagai keinginan, kemudian tersiksa karena belum mencapainya.

Fase hidupku yg itu penuh mimpi2 besar, namun juga penuh penyesalan…
Minim kesadaran, minim hal2 kecil yang dilakukan dengan penuh kualitas, apalagi cinta kasih.

Akupun kemudian merasa semua hal membatasiku.
Punya istri jadi membatasiku meraih keinginan2.
Punya anak jadi membatasiku karena resource yg aku punya dianggap tersedot oleh mereka.
Tidak ada kebebasan apa2, yg ada adalah penjara2 dan jalan buntu.
Sementara keinginan merajalela…

Titik balik terjadi ketika aku berefleksi ulang.
Kemudian sadar ada banyak indera yg aku umbar.

Mulainya dari sebuah kebiasaan kecil.
Kebiasaan kecil yg dilakukan secara konsisten akan membesar.
Menguat dan kemudian jadi musuh besar yg sulit untuk dihentikan.

Kebiasaan berlebihan yg berkaitan dengan indera ini punya sifat:
– tidak puas terhadap apa yg dimiliki
– mencari apa yang belum dimiliki
– terus mencari apa yg belum dimiliki
– membiasakan mencari apa yg belum dimiliki
– sehingga pikiranku dipenuhi oleh apa2 yg belum aku miliki
– sehingga pikiranku terbiasa untuk memikirkan apa yg belum aku miliki
– terus menerus berputar2 di dalam keinginan yg tidak terealisasi, keterbatasan, penyesalan, kesedihan, kesengsaraan…

Yang menyelamatkanku dari fase itu adalah 5 framework:
1. Belajar mereview kembali hubungan tentang Tuhan. Siapa Yang Memiliki Kenikmatan Yang Lebih dari yg dinikmati indera? Siapa Yang Maha Damai, Yang Maha Mencukupi? Kemudian siapa representasiNya yang ditunjuk untuk berbicara bahasa manusia di dunia ini?
2. Belajar menyelaraskan vibrasi pikiran dengan kalimat2 yg suci.
3. Belajar untuk berani mengerem, tidak melakukan apa yg ingin aku lakukan walaupun aku bisa melakukannya. Juga belajar untuk berani melakukan apa yang perlu aku lakukan, walau hal itu tidak ingin aku lakukan, walau hal itu tidak bisa aku lakukan.
4. Belajar untuk memberikan apa yang aku cintai. Belajar mengetahui bahwa apa yg aku cintai itu nantinya akan berpisah juga. Kenapa tidak belajar untuk memberikannya kepada orang lain sebelum nantinya akan berpisah dariku?
5. Belajar untuk memindahkan diriku dari sesuatu yg nyaman, kepada sesuatu yg tidak nyaman. Belajar untuk melakukan perubahan sekaligus menikmati perubahan.

Orang yg sedang melakukan 5 framework itu adalah orang yg sedang bekerja untuk menyelamatkan dirinya, dan juga menyelamatkan orang lain. SeLaMat – iSLaM. Hidupnya pun akan selamat, damai, tenang.

Orang yg sedang bekerja untuk menyelamatkan dirinya dan menyelamatkan orang lain sering disebut muslim.

Orang yg sedang tidak melakukan hal itu adalah orang yg menutup diri. Tutup = cover (inggris). Bahasa arabnya kufur, kafir. Orang kafir adalah orang yg orang yg sedang bekerja untuk menutup dirinya dan nantinya sadar/tidak akan menutup orang lain.

Sedang 5 framework yg digunakan untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang lain itu sering disebut sebagai rukun(dasar2) (teknologi)islam.

Aku baru belajar secuil permukaannya saja…

Pikiranku masih sering kacau.
Inderaku masih sering tidak bisa aku berhentikan, atau aku gerakkan sesuai dengan maksud penciptaannya.
Emosiku masih sering tidak stabil dalam menghadapi anak, istri, maupun pekerjaan dan orang lain.
Hatiku masih banyak yg tidak bisa aku akses…

Moga2 bersama2 kita bisa mempelajari hal ini… agar selamat, tenang dan damai di dunia… selamat, tenang dan damai di akhirat… fid dunnya hasanah… wa fil akhiroti hasanah…

No comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *