CATATAN PW NAS 2019 FROM BANDUNG WITH LOVE

January 28, 2019
Awan Rimbawan

Assalamualaikum para suhu dan rekan2 seperdjoeangan…
Ane pengen ngucapin terima kasih banyak kepada panitia dadakan kontingen bandung goes to PW Nasional.
Panitia dadakan ini diinisiasi dgn waktu yg sangat mepet oleh Kangย Iman Firmansyah

Sebenernya apa yang beliau lakukan ini simple…
Mengawal dan mengkoordinasikan teman2 yg antusias ingin datang ke PW.

Namun sesuatu yg simple bukan berarti mudah.
Saya tahu banyak sekali waktu, tenaga dan pikiran yg tercurah…

Kang Iman, kemudian dibantu oleh Coach Branto, Coach Buder dan akhirnya banyak yg lain berkontribusi.
Baik dengan cara mengkoordinasikan jam keberangkatan, rental mobil, bikin kaos, arrange penginapan, jemputin yg terjebak hujan, sharing materi dlsb.

Bukan hal yg mudah di tengah2 waktu yg singkat dan kesibukan mengurus bisnis.

Alhamdulillah 48 orang member TDA Bandung berangkat ke PW Nas dan pulang dengan selamat.

Tapi kenapa sih mereka mau repot2 melakukan hal itu?

Saya yakin bukan karena uang, karena tidak mendapat gaji dari aktifitas ini. Besar kemungkinan tindakan ini lahir dari ketulusan untuk melayani orang lain.
Keinginan untuk berbuat kebaikan terlepas dari keterbatasan yg sedang dialami oleh pribadi masing2.

Teman-teman yang kemarin datang di PW juga punya pengalaman yg berbeda2. Karena banyak hal yg terjadi bersamaan dengan begitu banyak panggung dan pembicara.

Contohnya ada yang mengalami momen2 pencerahan di panggung inspirasi bersama Coach Rene.

Coach Rene yg saat itu bertindak sebagai Komisaris Utama Ancol mengingatkan kembali: “Seberapa banyakpun uang dan harta tidak akan bisa dibawa mati”

Yang lebih penting dari pertanyaan mencari uang sebanyak2nya adalah: “Apa yg sudah dan akan saya lakukan untuk bisa melayani orang lain?”
Karena itu adalah bekal yg sesungguhnya yang akan bisa dibawa mati.

Saya jadi teringat seorang bijak yg berkata: “Seumur hidup orang mencari sesuatu yg tidak pasti. Padahal kematian itu adalah sesuatu yg pasti”

Siang itu, rasanya saya tidak berada di lingkungan wirausaha tetapi berada di sebuah pengajian besar yg mengajarkan tentang makna kehidupan.

Saya juga menjadi saksi seorang teman yang mengalami manisnya deal-deal bisnis di luar gedung. Kebetulan dia ketemu dengan kenalan lama seorang pengusaha besar.

Sebenernya teman saya ini dari dulu pengen kerjasama, tapi tidak tahu bagaimana bentuknya. Kemarin pas ketemu lagi, teman saya ini berceletuk: “Pak ajarin saya tentang usaha Bapak dong…”
Eh pengusaha itu malah menimpali: :”Hayuk kita bikin brand bareng aja…”
Padahal sudah bertahun2 dia pengen kolaborasi, tp ternyata gongnya baru terjadi sekarang.
As simple as that, sebuah deal terjadi di suasana santai meja kantin. Saya yakin hal-hal seperti ini banyak terjadi di meja2 yg lain.

Ada juga yang nginep di Aston Marina terus waktu Subuh ga tau cari masjid di mana. Akhirnya dia melangkah ke mushola hotel. Harapannya di sana bisa ketemu orang lain yg bisa berjamaah. Nah kebetulan ketemu rombongan TDA dari kota lain.

Ngobrol kesana kemari sampai kemudian membuka topik tentang bagaimana menyeimbangkan bisnis dan sosial. Ternyata teman TDA dari daerah lain ini kemudian mensharingkan bagaimana caranya walaupun bisnis masih kecil tapi sudah bisa bikin sekolah tahfidz gratis.
Dengan murid tetap 70 orang plus santri kalong yg berjumlah ratusan orang. Semuanya gratis-tis.

Momen ini sepertinya menjadi titik Aha teman saya.
Mindsetnya mulai terbuka bahwa memungkinkan kok, membuat sebuah perbaikan sosial walaupun bisnisnya masih kecil.

Di waktu yg lain di area lobby gedung saya ketemu teman lama. Sebut saja si X dan si Y.
X ini cerita bisnis lagi struggle dan ancur2an, kebetulan Y bisnisnya sudah agak stabil dan trend nya menaik.

Selanjutnya X cerita bahwa dia udah belajar ke sana kemari, teknik2 bisnis udah banyak yg khatam. Tapi entah kenapa, kok ya selalu gagal ketika dieksekusi.
Ada yang udah deket mau deal besar, tapi gagal maning gagal maning.
Kemudian yg udah dapet deal, cari supplier banyak yg gak amanah.
Akhirnya kepercayaan customer luntur dan dia pun kena marah-marah.
Cerita lagi bahwa pegawainya keluar masuk dan bahkan ada yg melakukan penipuan.

Dibedahlah sama si Y.
Bukan tentang bisnisnya, tetapi apa yg dilakukan oleh X di luar bisnis.

Ternyata baru ketauanlah dosa2 yg sering dilakukan oleh si X dalam kehidupan sehari-hari-nya.

Y pun memberikan masukan bahwa dosa dan maksiat itu akan mengundang kesulitan hidup.
Kesulitan dalam bidang bisnis, karir, jodoh, finansial, kesehatan, keluarga, dlsb.
Nah untuk memulihkannya maka yg pertama dibenahi bukan teknis bagaimana membereskan kesulitan itu.
Yang perlu dibenahi adalah hubungan dengan Tuhannya terlebih dahulu.

Cara yg sangat ampuh adalah dengan memperbayak tobat, meningkatkan kualitas ibadah dan juga memperbanyak kegiatan membantu orang lain.

Anda tahu apa yang indah dari dialog di atas?
Teman saya X dan Y tidak berasal dari satu kepercayaan agama yg sama.
Saya mendengar secara jelas bahwa Y tidak menyalahkan agama X.
Tetapi mencari persamaan-persamaan yang bisa digunakan untuk memperbaiki hidup X.

Ah indah sekali menyaksikan dialog mereka berdua.
Menggunakan persamaan-persamaan sebagai jembatan untuk membuat dunia ini menjadi tempat yg lebih baik.

Memang komunitas dengan berbagai macam warna dan karakter di dalamnya adalah tempat ideal sebagai pemersatu persamaan.

Sebagai pendengar dan pengamat di PW nasional saya, cuman bisa membatin Subhanallah…

Ternyata etul juga bahwa hidup kita secara syariatnya diubah dengan dua hal: buku yg dibaca dan orang yg ditemui.

Begitu juga dengan orang-orang yg saya temui di kontingen bandung kemarin. Kami mengalami berbagai macam momen2 bersama:
– Malam2 hunting nasi goreng kambing…๐Ÿ˜†
– Pagi2 saling gerebek kamar, buat nyari sarapan…๐Ÿ˜†
– Lari terbirit2 waktu salah gedor kamar orang…๐Ÿ˜†
– Udah rame2 naik lift ternyata salah tower, terpaksa turun lagi lewat tangga daruratย ๐Ÿ˜†
– Dorong2 orang jadi ketua, hanya untuk kemudian masuk ke dalam bursa pemilihan sekjen.๐Ÿ˜†
– Rame2 ngeliat pantai, sesuatu yg tidak ada di Bandung๐Ÿ˜†
– Makan mie goreng sepiring bareng2…๐Ÿ˜†
Ah…Banyak sekali tawa, haru dan inspirasi bercampur di PW Nasional.
Banyak sekali ilmu, insight dan pengalaman.
Banyak sekali orang yang mencerahkan.

Saya rasa, momen2 itulah yang abadi akan tersimpan sebagai sebuah kenangan indah.
Karena seringkali, hal-hal simple yg berharga di dalam kehidupan tidak bisa dinilai dengan uang.

Salut buat Kang Iman yang menginisiasi koordinasi kontingen kemarin dengan ketulusan.
Salut buat teman2 lain yg membantu keberangkatan dan kepulangan.
Salut buat panitia PW Nas dan juga Kangย Ferdian Brillianย yang sudah bekerja keras dengan ketulusan.

Saya yakin ketulusan tersebut akan menular di dalam diri orang-orang.
Untuk mau memulai mencari cara untuk melayani, untuk tidak melulu berpikir tentang keuntungan sendiri.
Hal jazaa ‘ul-ihsaani illal-ihsaan (Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula)

Terima kasih Ya Allah, Terima kasih atas persaudaraan dan keindahan ini.ย ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

No comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *