Beban Masa Lalu
Setiap orang pasti punya beban masa lalu.
Beban-beban ini jika terlalu lama dipegang maka akan menghasilkan luka batin.
Beban masa lalu dan luka batin ini disadari atau tidak, akan menghasilkan respon otomatis terhadap hidup keseharian.
Ada satu orang ketika makan di sebuah restoran ternyata pelayannya mendahulukan pesanan orang lain.
Padahal dia datang lebih dulu.
Responnya: gebrak meja… marah2 dan ngamuk.
Ada orang kedua, ketika mengalami hal yang sama memberikan respon yg berbeda.
Dia bisa menegur dengan cara yang santun dan rilex.
Kejadian yang sama, respon yg sangat berbeda.
Pada kasus yg lain…
Ada satu orang, ketika berinteraksi dengan orang lain permasalahan uang maka cenderung mengikhlaskan.
Ya udahlah… duit bisa dicari lagi… biarin aja.
Yg penting next time jaga2 aja.
Ada ya dikasih, ga ada ya bilang seadanya.
Ada orang kedua, ketika hutangnya tidak dibayar2 marah2 luar biasa.
Nagih2 sampai debt collector dibawa2.
Kalau perlu diperkarakan.
Kejadian yang sama, respon yg sangat berbeda.
Kalau kejadian nya sama, tp responnya berbeda… berarti yang membuat sesorang marah/emosi/bingung/stress bukanlah kejadiannya.
Tetapi sesuatu di dalam diri.
Menengok dua kasus di atas, kita bisa berkaca…
Hidup tidak pernah memberikan kejadian yang selalu sesuai dengan keinginan saya.
Orang lain tidak bisa saya kontrol.
Juga tidak semua keadaan bisa berjalan sesuai keinginan saya.
Kalau di setiap kejadian yg tidak sesuai keinginan saya maka respon saya adalah marah2, bingung, stress…
Maka pasti ada beban2 yang saya bawa dari dulu, sehingga menimbulkan luka di dalam diri.
Luka itu jika disentuh, maka akan sakit dan saya akan meradang.
Karena kalau kulit saya tidak ada lukanya maka, disentuh juga tidak ada masalah.
Dengan memahami hal ini, maka yg perlu saya lakukan bukanlah menyalahkan orang dan keadaan diluar diri saya.
Tetapi berkaca lagi ke dalam…
Apa sih yang Tuhan inginkan dari diri saya?
Bukankah Tuhan Maha Pemaaf?
Lalu kenapa saya tidak mau memaafkan kesalahan orang lain?
Bukankah Tuhan Maha Pengasih?
Lalu kenapa saya tidak mengedepankan kasih sayang malah mengumbar emosi?
Bukankah Tuhan Maha Sabar?
Mungkinkah Dia ingin mengajarkan kesabaran kepada saya lewat peristiwa ini?
Karena kesabaran tidak bisa dipelajari lewat kondisi yang mudah, hal itu hanya bisa dijalani lewat kondisi yang sulit.
Kesabaran tidak bisa dipelajari ketika saya bertemu dengan orang yang sabar, kesabaran dipelajari ketika saya dipertemukan dengan orang yang emosional.
Gimana caranya?
Kemampuan manusia terbatas.
Godaan setan sedemikian kuat.
Nafsu yang dibentuk dari habit bertahun2 sudah sedemikan mencengkeram jiwa.
Satu2nya cara adalah meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuat dan Yang Maha Tak Berbatas.
Mohon pertolongan agar dilapangkan dada saya…
Mohon pertolongan agar diturunkan beban yang jika dibawa terlalu lama maka akan menimbulkan luka…
Maka jika beban2 itu sudah lepas dari punggung…
Seseorang akan bebas untuk bisa berkerja dan berkreasi di muka bumi ini…
Otomatis maka kesuksesan pun akan datang karena mampu mencipta tanpa beban.
Setiap ada kesulitan yang datang, tidak akan membebani… orang itu pun dengan ringan akan memilih action lain yg lebih produktif.
Maka setelah kesulitan akan ada kemudahan…
Orang seperti ini, mampu terlihat tidak punya rasa capek.
Staminanya luar biasa, pencapaiannya banyak.
Setelah beres mengerjakan satu project, maka dia akan bisa dengan sigap membereskan project yg lain.
Dan orang2 seperti ini… tidak akan berharap banyak kepada manusia lain.
Karena dia tahu, manusia itu adalah makhluk yg terbatas.
Gampang berbuat kesalahan, gampang berbuat error.
Dia hanya akan berharap kepada Tuhan…
————-
“Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?”
“Dan kami pun telah menurunkan beban darimu,”
“yang memberatkan punggungmu,”
“dan kami tinggikan sebutan mu bagimu.”
“Maka sesungguhnya berama kesulitan ada kemudahan,”
“sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yg lain)”
“dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”
>>> ada yg tahu surat apa ini? 🙂
No comments