Wejangan dari Gus Dur

June 23, 2017
Awan Rimbawan

Suatu ketika Alissa, anak sulung Gus Dur mendapati adik sulungnya Inay mengecat rambut jadi kuning/merah.

Karena mengetahui bahwa Gus Dur yang saat itu jadi presiden sedang disorot banyak pihak, tentu saja dia memarahi adiknya. Anak kyai kok rambutnya di cat… nggak pantes, jadi bahan omongan orang…begitu mungkin dalam pikiran Alissa.

Selanjutnya, dia bawa adiknya itu kehadapan sang Bapak.

“Ini lho Pak… Inay rambutnya dicat warna kuning/merah… diomongin banyak orang yang lihat”
kira2 begitulah tuturnya kepada Bapak, dengan harapan Bapaknya akan juga memarahi Inay.

Gus Dur lalu bertanya…

“Kamu gimana Inay, sudah siap belum dikomentarin dan diomongin sama orang2 ?”

“Siap Pak, ga papa” – kata Inay

Gus Dur pun menengok kembali ke arah Alissa…
“Lah ini, orang yang melakukannya saja sudah siap dengan segala konsekwensi dari tindakan yang dipilih…kok kamu yang ribut…”

….

Tadi malam saya dengar ini dari penuturan Mbak Alissa dan Mbak Inay di acara Kompas TV – Warisan Gus Dur

Mungkin dialog nya tidak tepat seperti itu, tetapi kira2 begitulah kurang lebihnya.

Sayapun berfikir dan melakukan introspeksi… seringkali saya melihat orang berbuat sesuatu, mencoba menasehati…ttp tidak didengar… lalu saya uring2an sendiri…

Padahal orang yang dinasehati itu tentunya sudah siap dengan segala konsekwensinya…karena dinasehati pun tidak mau berubah… kenapa harus saya yang ribut?

Selain itu… saya juga teringat tentang tindakan saya sendiri… Bahwa apapun yang saya lakukan hari ini, akan ada konsekwensinya di masa depan.

Apa yang saya lakukan, maupun apa yang tidak saya lakukan.

Dulu waktu saya jadi “kebo-kebluk” susah bangun pagi… saya perlu sebuah shock therapy untuk diingatkan kembali apa konsekwensinya…

Konsekwensi bahwa saya memberikan contoh yang tidak baik bagi anak…
Ketika bangun siang, dan kemudian terjaga dengan pikiran yang semrawut…bagaimana konsekwensi di kerjaan saya… kemudian bagaimana dengan tanggung jawab saya untuk mencari nafkah untuk keluarga…
Konsekwensi ketika subuh tidur lagi, apa akibatnya nanti untuk kesehatan saya…
Kesehatan yang juga akan berpengaruh terhadap keluarga yang nanti akan mengurus saya ketika sakit…merepotkan istri…merepotkan anak…
Konsekwensi terhadap apa yang ingin saya capai dalam hidup… apa yang akan terjadi dengan cita2 yang masih ingin saya kejar…
Pastinya sedikit banyak anak saya akan mewarisi mindset dan kebiasaan yang saya lakukan… lalu apa yang akan terjadi dengan masa depan dia?
Siapkah saya dengan segala konsekwensinya?
Punya keinginan banyak…punya cita2 bagus…tp bahkan memulai meningkatkan diri sendiri saja tidak mau…sudah siap dengan konsekwensinya?
Ketika kebiasaan jelek dibangun sehingga sulit diubah, ketika kebiasaan2 baik tidak dimulai…ketika bermalas2an dibiarkan…sudah siapkah menerima konsekwensi ketika umur menginjak kepala 50, tetapi tidak ada karya apapun…sedikit sekali manfaat buat orang2 sekitar?
Siapkah menerima konsekwensi untuk dicontoh oleh anak anak dan keluarga?

Tidak heran Anthony Robbins pernah bercerita bahwa mind akan melahirkan action… action akan melahirkan direction… direction akan membawa ke sebuah destination…

Bukan sebuah kebetulan juga bahwa destination dan destiny punya akar kata yang sama…

Tindakan kecil…sebuah perbaikan…akan bisa membawa seseorang ke tempat yang sama sekali berbeda…kepada takdir yang sangat beda…

Saya teringat sebuah kisah waktu Gus Dur SMP, beliau sudah membaca karya2 Karl Max dan filsafat Plato… Bacaan2 di masa lalu… telah membawanya ke arah yang sangat berbeda dengan rekan2 sebayanya…

Kemudian…jika ada yang mengatakan takdir ada di tangan Tuhan, tentu saja harus dilengkapi bahwa Dia tidak menolong suatu kaum sebelum kaum itu menolong dirinya sendiri…

Hmm…

Saya belum sempurna, juga pastinya tidak akan pernah menjadi sempurna. Tetapi setiap hari, pastinya ada yang bisa saya lakukan untuk bisa lebih baik daripada hari kemarin…

Terima kasih Gus… atas wejangannya…

No comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *