Saya dan TDA Juni 2019
Saya tidak ingin jadi ketua.
Kenapa?
Karena saya merasa belum mampu.
Bahkan saya menganggap bahwa orang yang menginginkan saya sebagai ketua telah salah menilai saya.
Karena jika saya yang menilai…
Saya ngurusin bisnis aja masih ngos2an.
Ngurusin keluarga masih emosian.
Ngurusin diri sendiri masih sering terjatuh kepada habit jelek dan dosa berulang.
Namun setelah sekian waktu menolak, saya dihadapkan pada sebuah situasi dimana saya tidak lagi bisa berkata tidak. Terlalu banyak budi baik yang saya dapat dari para suhu dan sedulur2 di TDA.
Kemudian muncul pikiran, bisa jadi Allah memberikan tugas ini sebagai jalan untuk memperingan dosa2 saya yang lalu.
Ah malu rasanya jika mengingat masa lalu.
Apalagi dosa2 yang sekarang belum bisa saya tinggalkan. Masak hidup cuman ngumpulin dosa aja, ga pernah berbuat baik?
Jadi saya pikir, mungkin dengan kesempatan melayani banyak orang saya bisa dibantu sama Allah untuk melepaskan diri dari habit jelek yg masih sering kerjakan.
Sayapun teringat perasaan bahagia yang selalu saya dapatkan di TDA. Ada 3 tipe hubungan yg jika dimiliki maka bisa membuat seseorang bahagia:
1. Hubungan dengan orang yang lebih berpengalaman.
2. Hubungan dengan orang yang sepantaran.
3. Hubungan dengan orang yang pengalamannya lebih sedikit.
Dengan orang yang lebih berpengalaman saya bisa belajar dan menimba ilmu. Dengan orang yang sepantaran, saya bisa berdiri di samping, menangis bersama dan saling menyemangati.
Dengan orang yang pengalamannya lebih sedikit dari saya, saya bisa memberi dan berbagi pelajaran yang sudah saya alami.
Dari ketiga hubungan itu saya mengalami:
1. Perasaan berkembang dan mendapat hal2 baru.
2. Perasaan berbagi rasa dan saling memotivasi.
3. Perasaan memberi dan berkontribusi untuk membuat perbedaan di hidup seseorang.
Bagi saya, TDA adalah tempat untuk : Bersilaturrahim, Berbagi/Memberi, Berkreasi.
Silaturrahim membawa rejeki. Walaupun rejeki tidak selalu berbentuk materi. Saya merasa lebih “kaya” secara inspirasi juga lebih bersemangat sepulang dari silaturrahim.
TDA tempat berbagi/memberi. Karena kita semua punya pengalaman dan pengetahuan yang berbeda2. Sehingga kita selalu bisa berbagi/memberi kepada orang yang berbeda.
Pertanyaannya bukan bisa/tidak bisa. Tetapi mau atau tidak mau.
Tindakan berbagi/memberi ini akan merubah mindset. Dari mindset kelangkaan (scarcity) menuju keberlimpahan (abundance). Itu juga kenapa Islam berulang kali mengajarkan hal ini. Kemauan untuk memberilah yang akan menarik jauh lebih banyak hal-hal baik di dalam hidup kita.
TDA adalah tempat berkreasi. Mungkin ini akan lebih tergambar jika saya menceritakan pengalaman beberapa member TDA.
Ada Kang Faisal yang pada saat pertama datang ke TDA aadalah pribadi yang sangat pemalu. Kemudian karena sering bikin acara2 di TDA, akhirnya bisa mengatasi sifat pemalunya. Dan sekarang kalau liat beliau ngomong di podium, bisa terbakar semangat saya.
Ada Pak Kiking, join di TDA ga bisa moto. Sekarang hasil fotonya diakui banyak orang.
Ada member yang dulu tidak bisa nulis. Kemudian bersilaturrahim dan interview ke banyak suhu. Sepulang dari sana ditulis dan dishare. Akhirnya sekarang dia bisa nulis dengan bagus..
Banyak lagi member-member TDA yang memilih untuk berkreasi di TDA. Menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Untuk kemudian kebaikan itu berbalik berkali-kali lipat ke dalam hidupnya.
Beberapa waktu yang lalu ada yang bertanya kepada saya…apa visi misi sebagai Ketua TDA ?
Saya jawab, saya tidak punya visi.
TDA milik kita semua.
Maka kita semualah yang akan menggambarkan visi tentang bagaimana TDA seharusnya menjadi.
Di tangan kita lah gambar TDA akan dibentuk bersama2.
Saya bahkan lebih nyaman memandang diri saya bukan sebagai ketua, tetapi sebagai pelayan. Saya ingin berusaha melayani agar visi kita bersama bisa terwujud.
Dulu sebelum saya berangkat lanjut sekolah, saya sempat mengamati TDA berevolusi. Waktu itu masih jaman milis yahoogroups.
Yang saya amati, member2nya sangat membuka diri jika ada yang mau belajar usaha. Bahkan saya ingat dulu ada magang di tempat para member yang sudah berbisnis duluan. Ada yang resign dari kantor, mau belajar bisnis malah dikasih ruko sewa gratis oleh Haji Alay. Barang2 di dalamnya, di isi oleh temen yang lain. Banyak yang tutup juga, tapi tidak mengapa. Toh bisnis di awal sering dipenuhi oleh kegagalan. Itu ongkos belajar.
Semangat berbagi itu tumbuh hidup dan menguat sampai dengan sekarang.
Yang perlu digaris bawahi bahwa TDA bukan milik salah satu orang atau salah satu divisi saja.
Setiap divisi bisa menjadi Tangan Di Atas. Misalkan memberi jalan ilmu di divisi epik, berbagi keceriaan di divisi fun, memberi pikiran dan waktu di divisi membership, bekerja sama dengan pihak2 luar di divisi eksternal dll
Semuanya punya peluang untuk memberi dan berbagi.
Kitapun di sini adalah volunteer, tidak ada yang lebih dibanding yang lain. Semuanya setara. Jadi saya percaya jika setiap komunikasi dilakukan dengan santun, maka peluang miskom akan terminimalisir.
Terakhir, ini komunitas bukan organisasi bisnis. Kalau di bisnis perlu digarap dengan serius, kalau di komunitas janganlah terlalu serius (meminjam bahasanya Coach FR). Jadi enjoy aja… toh kita di sini buat memperbanyak silaturrahim dan berbuat baik 🙂
Prioritas tetap nomor satu adalah keluarga, nomor dua bisnis, nomor tiga baru TDA.
Lebih bagus lagi kalau kita bisa belajar mengembangkan ketiga2nya bersama2. Bukankah perjalanan itu asiknya rame-rame ? 🙂
Jadi, saya mengajak kepada saudara2ku semua. Ayo siapa yang ingin menciptakan program2 yang bermanfaat bagi orang banyak, siapa yang ingin melayani dan berbagi, siapa yang ingin untuk berbagi ladang pahala, ayo gabung di kepengurusan 6.0.
Let’s grow and share some fun together 🙂 http://bit.ly/oprecpelayanTDA
No comments