Saya bukanlah peran saya…

October 05, 2022
Awan Rimbawan

Peran saya sebagai anak…
Peran saya sebagai suami…
Peran saya sebagai CEO…
Peran saya sebagai pebisnis…
Peran saya sebagai investor…
Peran saya sebagai orang tua…

Tapi saya bukanlah peran saya…
Saya sudah ada jauh sebelum peran saya ada…
Dan saya akan tetap ada bahkan setelah semua peran2 itu selesai masanya…

Saya lebih besar daripada peran saya…
Saya adalah sesuatu yg stabil di dalam dinamis naik turunnya peran-peran kehidupan

Peran saya adalah sebuah cara saya untuk mengalami dunia…
Juga bagaimana hubungannya dengan sisi-sisi diri saya…

Peran saya adalah tugas yg perlu saya laksanakan sebaik2nya…
Tanpa perlu terbebani dengan hasilnya…
Seperti nafas yg terjadi secara natural.
Jalani saja…
Toh jikapun peran itu sudah usai, maka saya akan diberikan peran yg lain…
Begitu seterusnya silih berganti…
Seperti nafas yg datang dan pergi silih berganti
Sampai waktunya peran sebagai manusia selesai… Dan nafaspun terhenti…

Saya memiliki peran saya…
Tapi peran saya tidaklah memiliki diri saya…
Sama seperti saya memiliki motor, tapi motor itu tidaklah memiliki diri saya.
Jika peran itu hilang, saya tidak perlu kehilangan diri saya.

Saya memiliki motor, berarti motor itu bukan diri saya.
Saya memiliki rumah, berarti rumah itu bukan diri saya.
Saya memiliki peran, berarti peran itu bukan diri saya…
Karena sesuatu yg saya miliki, berarti bukanlah diri saya…

Kemelekatan terhadap sebuah peran… Keharusan mendapatkan hasil tertentu dalam sebuah peran… Adalah resep penderitaan, kecemasan, penyesalan…

Semua orang punya perannya masing2.
Punya tanggung jawab masing2.
Untuk meningkatkan kesadarannya.
Bahwa dirinya bukanlah perannya.
Semua orang, termasuk saya dan orang tua saya. Termasuk anak2 dan istri saya. Juga saudara2 saya…Karena peran2 itu saling bergantian. Agar aku bisa mengalami kehidupan ini sepenuh2nya…sedalam2nya…

Ah…jadi teringat kata-kata Rumi:
Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan,
Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang,
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku mesti takut, maut tak menyebabkanku berkurang….
Namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia…
Dan melambung bersama malaikat; dan bahkan setelah menjelma malaikat aku harus mati lagi; segalanya kecuali Tuhan, akan lenyap sama sekali.
Apabila telah kukorbankan jiwa malaikat ini, Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami.
O,..biarlah diriku tak ada!
Sebab ketiadaan menyanyikan nada-nada suci,

KepadaNya kita akan kembali.”

No comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *