Kenikmatan Dunia VS Kenikmatan Spiritual

May 15, 2018
Awan Rimbawan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh my brother/sister semuanya 🙂

Hari kemarin aku reset lagi, padahal baru aja mulai #1.
Alhamdulillah hari ini diberi kekuatan dan kesempatan untuk memulai #1 lagi.

Kemarin, yang ada di pikiran adalah ketika reset maka yang perlu aku lakukan adalah 2 hal:
1. Mengganti dengan ibadah yang lain
2. Melakukan sesuatu yang berbeda sehingga bisa mulai bangun malam lagi.

Untuk yang nomor 1, aku menggantinya dengan dzikir.
Biasanya agenda dzikir sehari 1 jam, karena tidak bangun malam maka dzikir kemarin jadi 2 sesi x 1 jam.

Untuk yang nomor 2, yang berbeda adalah sholat Isya.
Sewaktu reset itu, sebelumnya sholat Isya tidak berjamaah, nah kemarin aku jadi sholat isya berjamaah.

Kebetulan kemarin bertemu secara virtual dengan seorang sahabat.
Dia membahas tentang perbedaan antara kenikmatan dunia vs kenikmatan spiritual.

Kenikmatan dunia pada umumnya mempunyai sifat:
– Sementara. Nikmat sebentar, habis itu hilang.
– Bikin ketagihan, tidak tahu batas dan terus menerus diinginkan
– Panas, menggelora.
– Jumlahnya terbatas.
– Kenikmatan ini berujung pada penderitaan.

Kenikmatan spiritual mempunyai sifat:
– Lebih tahan lama
– Memberikan perasaan cukup dan damai
– Sejuk, tenang.
– Jumlahnya tak terhingga.
– Kenikmatan ini berada dalam kebahagiaan.

Kenikmatan dunia, dinikmati lewat panca indera.
Kenikmatan spiritual, dinikmati lewat hati.

Kenikmatan dunia, saya tidak punya kontrol atasnya.
Kapanpun bisa hilang, habis, atau musnah begitu saja.
Ketika hilang, maka saya akan menderita.
Ketika dipuaskan, sifatnya sebentar, mood membaik, tp dalam waktu sebentar juga akan hilang.

Kenikmatan spiritual, saya bisa akses kapan saja.
Saya bisa berdzikir di mana saja dan kapan saja.
Saya bisa ubah bingung menjadi tenang dengan mengakses kenikmatan spiritual.

Saya di sini tidak berkata bahwa seseorang tidak boleh menikmati kenikmatan dunia.
Tetapi, sangat penting untuk mengetahui karakter dari kenikmatan dunia dan bagaimana bedanya dengan kenikmatan spiritual.

Kuncinya disini bukanlah untuk meninggalkan kenikmatan dunia seketika dan seluruhnya.
Tetapi sedikit demi sedikit mencicipi kenikmatan spiritual, sehingga hidup bisa penuh ketenangan dan kedamaian. Jika sudah terlatih maka, tenang dan damai ini akan dapat diakses kapan saja dan di mana saja.

Proses ibadah, sejatinya adalah bukan sekedar menjalankan kewajiban.
Tetapi adalah sebuah latihan untuk bisa mencicipi kenikmatan spiritual ini.

Malam2… indera saya menginginkan kenikmatan dunia.
Tempat tidur yg empuk…
Lelap yang nyaman…
Selimut yg nyaman…

Bisakah di sela2 malam hari, saya mencicipi kenikmatan spiritual?
Sejuknya hati berdzikir di dalam senyapnya malam.
Tenangnya pikiran ketika meletakkan kepala di atas sajadah.
Damai terasa ketika melantunkan ayat-ayat Al Quran di dalam tahajud?

Mengikuti jejak para kekasih Allah… yang lebih memilih kenikmatan spiritual daripada kenikmatan dunia…

Salam,
Your brother… Awan

No comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *