Experiment with Food – Experiment with Truth

October 03, 2022
Awan Rimbawan

Gandhi pernah menulis sebuah autobiografi berjudul The Story of My Experiments with Truth.

Waktu membacanya aku jadi tahu ternyata banyak sekali eksperimen2 yang beliau lakukan dalam hidup agar bisa mengalami kebenaran.

Gandhi orang besar, dan beliau sangat terinspirasi oleh Jalaludin Rumi. Bahkan Gandhi pernah berandai-andai. Andaikan saja Mussolini dan Hitler pernah membaca dan mengerti karya-karya Rumi maka kemungkinan besar dunia tidak akan pernah mengalami kejadian yang sangat mengerikan: Perang Dunia I & Perang Dunia II.

Dalam skala individu perang selalu terjadi. Terutama di dalam batin manusia. Peperangan itu tidak terlihat, tetapi nyata adanya. Seringkali aku mengalami perang batin, sudah tahu apa yang sebaiknya aku lakukan, tetapi kok tetap saja melakukan hal yang lain. Atau kebalikannya aku tahu itu seharusnya aku hindari, tetapi kok tetap aku lakukan.

Karena itu aku mencoba bereksperimen. Tulisan ini juga sebagai laporan untuk menutup sebuah periode eksperimen yang aku lakukan dua bulan terakhir.

Eksperimen yg aku lakukan berkaitan dengan makanan. Sebelum aku menceritakan bagaimana eksperimen ini dilakukan, aku akan menceritakan kenapa aku melakukannya.

Tujuan pertama aku melakukannya adalah untuk mendapatkan hasil yg berbeda. Karena kalau terus melakukan hal yg sama, maka akan mendapatkan hasil yg sama. Kalau ingin hasil yg berbeda, pastinya perlu melakukan hal yg berbeda pula.

Bagaimana kalau tidak mendapatkan hasil yg berbeda? Ya sudah tidak apa-apa, anggap saja eksperimen just 4 fun 🙂

Tujuan kedua dari eksperimen juga ditujukan untuk lebih memahami diri. Terutama hubungan diri ini dengan kehidupan. Ada orang bijak yg berkata bahwa penguasaan kehidupan, sejatinya adalah tentang penguasaan diri (Self Mastery). Siapa yg bisa menguasai dirinya, maka akan bisa menjalani kehidupan dengan baik. Kebalikannya, siapa yang tidak bisa menguasai dirinya maka kehidupannya akan berantakan.

Aku sendiri masih merasa di level yg sangat rendah berkaitan dengan penguasaan diri / Self Mastery ini. Terbukti dari tidak selarasnya antara apa yg aku ketahui baik buatku tapi malah melakukan apa yg tidak baik buatku 😀

Maka dari itu aku mencoba bereksperimen lewat makanan. Sanggupkan aku hanya makan makanan yg aku tentukan? Bukan sesuatu yg lidahku inginkan?

Aku menyadari bahwa aku sudah terprogram untuk makan pada waktu-waktu tertentu. Sehingga ketika waktu itu datang, aku pun memasukkan makanan ke dalam tubuhku. Walaupun pada saat itu, kemungkinan tubuhku belum membutuhkan makanan.

Selain dari itu aku juga menyadari bahwa aku sudah terprogram kepada rasa-rasa tertentu. Contohnya adalah rasa pedas. Sehingga kalau ketemu dengan rasa itu, maka aku terus memasukkan makanan ke dalam tubuhku. Walaupun mungkin tubuhku sudah berkata stop, tapi aku lanjutkant terus. Sehingga aku kekenyangan, ngantuk dan akhirnya malas mengerjakan apa2 yg penting aku kerjakan. Ironis karena makanan yang seharusnya memperkuat tubuh, malah membebani tubuh.

Program dan pola itu kata halus dari candu. Karena candu adalah saat aku tidak bisa berhenti melakukan sesuatu padahal itu tidak baik buatku.

Jadi bagaimana eksperimen yg aku lakukan?

Aku melakukan 3 hari Water Detox. Istirahat 1 hari makan bebas, kemudian lanjut 6 hari Diet Bumi.

Prosesnya bagaimana? Untuk Water Detox simpel saja. Tidak makan apapun, hanya minum air putih. Harapannya agar air putih bisa mendetoksifikasi racun2 yg tertimbun di dalam tubuh.

Untuk Diet Bumi juga simpel. Minum hanya air putih. Makanannya bebas, asalkan berasal dari dalam bumi. Yaitu umbi2an dan kacang2an. Contohnya singkong, ubi, kacang, kentang, wortel, bengkoang, dll. Tidak digoreng, tetapi dikukus, direbus atau jika memungkinkan dimakan mentah seperti bengkoang.

Untuk melakukan hal ini godaannya banyak sekali. Contohnya saat pagi s.d siang di kantor bisa tahan. Tapi sampai di rumah ternyata tergoda oleh masakan di rumah. Itu terjadi berulang-ulang. Ada juga hari-hari yg lain, ketika malam2 ada yg ngajakin makan dimsum, pizza, nasi padang, dlsb. Oleh karena itu eksperimen ini aku berulang kali gagal untuk menyelesaikan periode yg sudah ditargetkan. Baru dapat sehari trus gagal. Atau sudah 2 hari tapi kemudian tergoda.

Karena berulang kali gagal, maka aku bereksperimen dengan cara lain.

Aku pernah membaca bahwa manusia ini mahluk yg lemah ketika berkomitmen kepada diri sendiri. Tapi bisa menjadi sangat kuat ketika berkomitmen dengan orang lain.

Salah satu cara berkomitmen dengan orang lain adalah lewat bantuan seorang coach/mentor.

Aku pernah melakukan ini. Salah satunya dari seorang coach dari switzerland yg punya MBA & PhD. Hasilnya cukup efektif. Kalau tidak salah sekitar $100/jam.

Namun kali ini aku ingin eksperimen sesuatu yg berbeda. Aku akan cari temanku.

Kalau aku fail, maka aku bayar ke mereka 100rb. Aku cari 5 orang. Sehingga kalau fail sehari maka aku perlu bayar 500rb. Karena targetku 3 hari detox bumi + 6 hari Diet Bumi maka total 9 hari. Kalau fail terus2an maka aku akan menghabiskan uang 500 x 9 = 4,5jt.

Apakah aku punya budget sebanyak itu? Tentu saja tidak. Tapi apakah kalau aku fail aku harus membayar itu? Tentu saja iya. Karena bagiku hutang haruslah ditepati.

Pada periode yg lain aku melakukan modifikasi. Mekanismenya jadi begini:

– kontak 5 orang teman
– kalau aku fail aku bayar ke mereka
– kalau aku berhasil, uangnya aku sumbangkan ke organisasi sosial.

Dengan cara ini, teman2 ku tidak lagi menggoda aku untuk fail. Tapi mereka malah membantuku karena mereka tahu bantuan mereka akan membuat aku bisa menyumbang ke org sosial. Mereka kan jadi dapat pahala juga hehehe….

Akhirnya akupun melakukan hal itu. Aku kontak 5 orang temanku. Setiap kali mau ada godaan aku teringat janjiku kepada mereka. Aku tidak mau punya hutang.

Oleh dari itu aku bereskan s.d selesai.

Alhamdulillah, eksperimen ini aku selesaikan dengan periode berikut

– 3 hari water detox – DONE
– 6 hari diet bumi – DONE
– eksperimen tambahan bonus 3 hari diet bumi – DONE

Sebenarnya aku mau lanjut eksperimen, tp ada protes dari istri. Katanya aku jadi kurus. Ya sudah kalau begitu aku pause dulu eksperimennya, recovery dulu biar badan tidak terlalu kurus hehe….

Lemas tidak? tentu saja lemas. Lapar tidak? tentu saja lapar. Tapi aku belajar bahwa tubuh itu mengikuti pikiran. Itu juga kenapa di dalam Islam niat adalah hal yang sangat penting. Niat akan menguatkan pikiran. Pikiran juga nanti akan mengatur dan menguatkan tubuh.

Pikiran juga punya erat kaitannya dengan perasaan. Aku merasakan kedamaian saat aku tidak direpotkan oleh makanan. Tidak repot mencari. Tidak repot memproses.

Tidak repot mengeluarkan sisa2 makanan yg tidak bisa aku proses.

Aku juga merasakan sensitifitas ku meningkat. Emosi2 yg selama ini aku kubur dalam-dalam muncul ke permukaan. Aku baru menyadari, selama ini aku mengalihkan perasaan-perasaan ini salah satunya dengan makanan. Aku jadi menyadari punya pola menjadikan makanan sebagai pengalihan atas emosi yg datang. Bosan, sedih, kecewa, khawatir, takut, cemas, banyak sekali emosi yg aku alihkan lewat makanan.

Di dalam eksperimen ini, aku belajar untuk membersamainya. Membiarkan emosi2 itu datang, tinggal, dan kemudian pergi pada waktunya masing2. Pengamatanku ini membawaku pada pemahaman… Bahwa di dalam hidup ini, semuanya muncul, ada dan tenggelam. Tidak ada yang terus menerus ada. Mungkinkah ini berkaitan dengan apa yg diceritakan di Ar Rahman? Semuanya fana, yg kekal adalah wajah Tuhan yg Maha Agung.

Tidak ada yg perlu dilekati. Tidak ada yg perlu dipaksa untuk dipegang erat2

Karena semuanya akan muncul dan tenggelam.Hidup ini hanyalah permainan besar yang sepertinya akan terus timbul dan tenggelam.

Di eksperimen bonus, hari ketiga aku mendengar Puisi Dari Singkong… begini bunyinya…

……

Hai Awan…

Akulah singkong di atas piring…

Aku yg mengucapkan hal ini kepadamu…

Hidupmu takkan selamanya mulus.

Kadang di atas, kadang di bawah.

Maka berlatihlah, bereksperimenlah…

Sekarang mungkin kamu bisa makan padang,

bisa makan pizza, bisa makan nasi kuning dan gorengan…

Tapi mungkin nanti ada saatnya kamu makan cuman bisa singkong, cuman bisa minum air saja.

Maka jika saat itu tiba, berlatihlah.

Latihlah dirimu agar kuat.

Latih jiwamu agar tidak mengambil apa yg bukan hakmu

Latih dirimu untuk bersikap jujur dan tetap lurus.

Ingatlah bahwa kamu bisa sedih.

Tapi Allah akan membersamaimu.

Kalau kamu selalu mengingatNya.

Menjadikan Dia sebagai niat persembahan hidupMu.

Kamu mungkin meraa terluka.

Tapi luka itu tempat masuknya Cahaya…

Kamu mungkin merasa sakit…

tapi sakit itu tempat memahami makna…

Semoga engkau selamat di dunia dan akhirat…

Tertanda,

Singkong di atas piring.

No comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *