Cerita Guru di Vijayakusuma
Seorang nenek pernah berkata pada cucunya…
Cucuku… kamu boleh jadi punya seluruh pengetahuan di dunia ini, tetapi ada satu hal yang aku miliki dan kamu tidak. Sesuatu itu diberikan oleh waktu…
Sesuatu itu bernama Wisdom.
Tadi malam saya beruntung mendapatkan Wisdom dari seorang guru di Vijayakusuma.
Beliau baru saja pulang dari mengikuti training seminggu di Melbourne Business School.
Materinya tentang Business Transformation.
Bagaimana melakukan perubahan bisnis dalam skala enterprise.
Biaya trainingnya kira2 satu Daihatsu Sigra.
Ketika saya tanyakan, apa yang berkesan di training itu, beliau menjawab…
Satu minggu itu, isinya hanya 20 slide.
Sebagian besar isinya adalah praktek.
Salah satu hal yang mengesankan beliau adalah perbedaan versi tentang managerial dan leadership.
Managerial adalah tentang solving today problem.
Leadership adalah tentang creating the future.
Ada salah satu leader di perusahaan yang berkata….
Kenapa saya harus repot2 belajar dan merubah diri, kalau ternyata dengan apa yang saya lakukan sekarang saja semua sudah baik2 saja?
Target saya tercapai terus, bahkan lebih.
Jawabannya… Memang betul… di kondisi sekarang cukup dengan menggunakan strategi yang ini.
Namun dunia berubah dengan sangat cepat, jika kita tidak terus meningkatkan diri maka ketika perubahan itu terjadi maka kapasitas kita tidak akan mampu menghandle perubahan yang ada.
Tidak bisa mengejar momentum perubahan.
Kemudian terulanglah cerita Nokia, Blackberry, Kodak, dll
Dan perubahan yang pertama kali harus dimulai adalah perubahan pribadi…
Beliau berkata…
Kalau Allah menginginkan pribadi seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya, biasanya akan dipahamkan ttg agama.
Cara memahamkannya bisa bermacam2.
Bisa jadi diberikan permasalahan, agar orang itu sadar untuk kembali.
Bisa jadi diberikan kejatuhan, agar orang itu mengerti bahwa usahanya tidak ada apa2nya tanpa campur tangan Dia.
Bisa jadi diberi kesuksesan…selalu achieve apa yang dia targetkan…lupa dengan agama… naik ke tempat yang tinggi di dunia…. untuk kemudian dijatuhkan secara tiba2.
Jadi…
Kalau kita sedang dalam kondisi susah, mungkin itu cara Tuhan untuk memanggil kita kembali.
Agar kita mengkaji lebih dalam lagi.
Mungkin itulah cara Tuhan untuk mengingatkan kita untuk kembali memperbaiki diri.
Karena dia sedang menyiapkan derajat yang lebih tinggi lagi, di dunia dan akhirat.
Begitupun kalau kita sedang diberikan banyak kesuksesan.
Semua terasa amat gampang diraih.
Dimudahkan dan dilancarkan segala sesuatunya.
Jangan sampai lengah… jangan sampai hal itu menjauhkan kita dari Tuhan.
Karena bisa jadi kejatuhan sedang menanti dari tempat yang tinggi.
Beliau mengingatkan kepada saya…
Ada sebuah hukum bernama Law of the diminishing return.
Hukum ini berkata bahwa ketika kita mengambil…mengambil.. dan mengambil…
Maka pada suatu titik, apa yang kita ambil tidak akan terasa nikmat lagi.
Kalau di Amerika, ada studi yang mengatakan ambang batasnya adalah ketika orang mencapai penghasilan $72000/tahun.
Hilang sudah excitementnya.
Kecuali orang itu melakukan sesuatu hal… yaitu memberi.
Ketika memberi, maka akan ditambahkan.
Ketika memberi maka akan muncul kenikmatan yang baru.
Mungkin itu sebabnya orang2 seperti Bill Gates dan Warren Buffet sangat jor-joran dalam charity.
Warren Buffet pernah menggemparkan orang2 karena menyumbangkan $2,8 Milyar dollar.
Atau kurang lebih 36 Trilyun rupiah.
Karena mereka mengerti bahwa kenikmatan mengambil ada batasnya.
Setelah itu ada kenikmatan yang lain yaitu memberi/mengeluarkan untuk orang lain.
Sama halnya seperti bernafas…
Coba tarik nafas… tarik lagi… tarik terus… dan lagi…terus…
Pasti tidak akan mampu menarik terus2an…
Kenikmatannya akan muncul ketika nafas itu dihembuskan, dilepaskan, dikeluarkan…
Sayapun bertanya kepada beliau…
“Bagaimana kalau kita sedang dalam survival mode? Bagaimana bisa memberi?”
Beliau menjawab pertanyaan saya dengan sebuah pertanyaan juga… Apa isi surat Ali Imron 134 ?
134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit[1], dan orang-orang yang menahan amarahnya[2] dan mema’afkan (kesalahan) orang lain[3]. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan[4].
Memberi bisa berarti banyak hal.
Memberi sedekah dalam bentuk uang.
Memberi dalam senyuman (bukan tanpa sebab orang yang ramah, cenderung lebih bahagia)
Memberi dalam bentuk doa:
“Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah kami, ampunilah kedua orang tua kami, ampunilah saudara-saudara kami, kerabat, musllimin muslimat, mu’minim mu’minat baik yang masih ada maupun yang telah wafat. Kasih sayangilah kedua orang tua kami sebagaimana mereka telah menyayangi kami waktu masih kecil”
Bahkan memberi maaf juga termasuk di dalamnya.
Maafkan orang2 yang pernah mengganggu, menyakiti hati, menyinggung kita.
Memberi dalam bentuk tulisan, dalam bentuk nasihat yang baik dan perkataan…
Beliau juga menyampaikan…
Cicak ini makanannya apa?
Nyamuk…
Cicak engga punya sayap… makanannya terbang di udara…
Secara logika, tidak akan mampu…
Namun ada Allah yang menggerakkan nyamuk datang ke cicak.
Yang perlu Cicak lakukan adalah… berikhtiar denggan merayap kesana kemari…
Seperti di lagu…
Cicak2 di dinding… diam2 merayap… datang seekor nyamuk, hap lalu ditangkap…
Manusia juga diharuskan untuk berikhtiar harus merayap, harus mencari cara agar bisa diam2, keras2, ataupun bagaimanalah ikhtiarnya…
Agar kemudian didatangkan nyamuk… karena Allah lah yang menggerakkan nyamuk itu…
Kalau tidak berikhtiar bagaimana? apakah tidak akan diberikan rizki?
Tetap saja diberi, selama manusia hidup pasti dicukupkan…
Kayak pengemis… pasti ada juga yang ngasih…
Tp nanti akan ditanyakan… Apa yang kamu lakukan dengan karunia yang Aku berikan?
Apa yang kamu lakukan dengan kemampuan yang Aku berikan?
Apa yang kamu lakukan dengan waktumu…kesehatanmu…akal/pikiranmu?
Pertanggung jawaban yang berat, kalau semua itu disia-siakan…
Oleh karena itu ada doa yang dipanjatkan Rasulullah…
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.
Kenapa dalam doa itu kemalasan digabungkan dengan kelemahan… digabung dengan sifat pengecut…?
Apakah kemalasan adalah sumber pikun di hari tua?
Kemalasan menuju kepada bakhil, kikir, pelit?
Kemalasan menuju kepada azab kubur dan fitnah ketika hidup dan mati?
Apakah Anda tahu orang yang mengikuti kemalasan dan kemudian menjadi lemah, penakut, pelit?
Sebuah pertanyaan2 yang patut kita renungkan…
Berkaitan dengan rasa malas dan keengganan untuk berikhtiar/memperbaiki diri…
Beliau ini bercerita…
Kalau mau mempunyai anak yg soleh dan solehah, mulai prosesnya bukan ketika anaknya udah lahir.
Tetapi ketika memilih pasangan.
Karena pasangan yg soleh/solehah itulah yang akan menghasilkan anak yang baik.
Kalau sudah terlanjur bagaimana?
Masak iya harus cari pasangan baru? tanya saya
*lgsg dipentung sama guru saya wkwkw…*
Itu artinya kita dianggap mampu oleh Allah untuk menaikkan derajat dia.
Bagaimana caranya…?
Terlebih dahulu, saya perlu menaikkan derajat saya sendiri.
Tambahkan amal baik, tambahkan ibadah baik, kemudian ajak pasangan saya.
Sabar, pelan2…nikmati prosesnya… semua untuk mencapai ridlo Allah…
Tak terasa waktu sudah malam…
Sayapun kemudian pamit undur diri…
Di dalam perjalanan pulang, saya teringat2 satu ilustrasi beliau…
Kalau kita mau pergi ke sebuah tempat yang baru yang belum pernah kita kunjungi, kita perlu apa?
Penunjuk atau peta atau mungkin google map/waze/gps
Apa akibatnya kalau belum nginstall google map di hp?
Was-was, khawatir… ini bener jalannya atau bukan..
Kalau sudah nginstall google map tetapi tidak mau ngikutin apa akibatnya?
Bisa2 kesasar…habis bensin…cape badan… ga sampe2 di tujuan…
Nah kita hidup itu mau kemana? apa tujuan akhirnya?
Surga? Allah?
Sudah pernah kesana belum?
Apa petunjuk buat sampai kesana?
Apa akibatnya jika kita tidak mau mengikuti petunjuk itu?
Apa efeknya di batin kalau kita punya dan mengikuti petunjuk itu?
Dalam deru angin malam..
Perjalanan pulang…hati saya terasa hangat…
*nanti malam, niatkan tahajud yuk… 🙂
Your brother,
Awan Rimbawan
No comments