Catatan Warung Kopi Dini Hari
03:30 Plosoklaten Dusun Bangkok, Kediri.
Saya baru saja mendaftar di Klinik Pijat Pak Muslimin.
Karena masih ada waktu, saya mencari warung yang buka saat sahur.
Sekitar 1km ada warung kopi yang buka.
Saya memesan Indomie telur.
Satu hal yang saya sukai di obrolan warung kopi adalah kita bisa ngobrol bebas dengan orang yang tidak dikenal sekalipun.
Tidak ada sekat-sekat yang membatasi.
Tanpa dinyana saya malah mendapatkan banyak ilmu di waktu yang singkat itu:
“Kudune timbo sing marani banyu, ora banyu marani timbo. Nek banyu marani timbo yo kutah-kutah.”
“Kabeh panjalukmu bakal diwenehi, sing penting sabar. Ojo lali ikhtiar e”
Bahkan pelacur yang bergelimang maksiat saja bisa masuk surga. Hanya karena sebuah perbuatan baik. Jadi jangan bersedih hati kalau masih banyak kekurangan. Teruslah berbuat baik dan memperbaiki diri.
Bahkan ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Imam Al Ghozali masuk surga bukan karena banyaknya kitab yang beliau baca. Bukan karena ibadah siang malamnya. Namun karena pada suatu saat dia akan menulis, di pena yang dia celupkan ada lalat yang hinggap dan menumpang minum. Beliau menunggu sampai lalat itu terbang untuk mempersilahkan minum sampai selesai. Untuk kemudian melanjutkan menulis.
Lalu adzan Subuh pun berkumandang.
Saya bergegas sholat untuk melanjutkan antri di klinik pijat Pak Muslimin.
Sebuah ikhtiar untuk men-servis tulang belakang dan lutut yang ada di tubuh saya.
No comments